Selasa, 18 November 2008

Pemerintah Didesak Segera Naikkan Harga BBM Bersubsidi

Kalangan pengusaha mendesak pemerintah segera menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi agar anggaran negara tidak terbebani.

"(Harga BMM) Harus dinaikkan oleh pemerintah, apalagi ada perkiraan harga minyak bumi bisa naik sampai 140 dolar AS per barel. Tidak mungkin pemerintah bisa tahan menanggung subsidi," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, tidak ada jalan lain bagi pemerintah selain menaikkan harga BBM karena dengan harga minyak dunia yang 100 dolar AS per barel saja porsi subsidi minyak dan BBM, listrik dan makanan sudah lebih dari 20-25 persen.

"Kalau harga minyak naik lagi, nanti subsidi pemerintah bisa mencapai Rp300 triliun, sedangkan APBN cuma Rp900 triliun, itu tidak bisa ditahan. Tidak ada jalan lain," jelasnya.

Penghematan anggaran dari subsidi, lanjut Sofyan, sebaiknya digunakan untuk menjalankan proyek infrastruktur yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyat sehingga daya beli masyakarat dapat dipertahankan.

"Lebih baik naikkan sekarang, semua tenang dan hitung berapa anggaran, kalau tidak kita bingung berapa mesti kita jual, biaya pokok kita berapa," tambahnya.

Wakil Ketua apindo, Djimanto mengatakan pengusaha meminta pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga produksi dapat dipertahankan. "Kami terjepit, daya beli masyarakat rendah karena pelemahan pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya.


Naik 20 persen

Kalangan pengusaha mengusulkan kenaikan harga BBM antara 15-20 persen segera diberlakukan agar ada kepastian bagi dunia usaha untuk menghitung biaya produksi.

Djimanto mengusulkan kenaikan harga BBM 15 persen untuk harga minyak bumi 115 dolar AS per barel dilakukan secara bertahap.

"Misalnya, kalau mau menaikkan harga BBM 15 persen, maka selama tiga bulan dinaikkan bertahap sebesar lima persen," ujarnya.

Kenaikan secara bertahap akan membantu pengusaha dalam menyesuaikan perhitungan biaya produksi dan harga jual. Sedangkan Sofyan mengusulkan kenaikan harga hingga 20 persen dan dilakukan sekaligus agar tidak menimbulkan protes berkepanjangan di masyarakat.

"Kalau mau naikkan 20 persen pun kita terima dan secepat mungkin. Jangan menunggu lagi," ujar Sofyan

Ia mengingatkan agar pemerintah tidak menunda kenaikan harga BBM hingga sesudah Pemilu seperti yang terjadi pada 2005, sehingga kenaikannya melampaui 100 persen.

"Kalau kenaikan harga BMM 20 persen, inflasi pasti naik sedikit 1 persen. Itu OK saja selama rakyat ada uang untuk membeli," katanya.

Pengaruh kenaikan harga minyak bumi, lanjut Sofyan, telah mempengaruhiIndustri Kecil Menengah (IKM) yang mulai mengurangi produksi dan merumahkan tenaga kerjanya.

"Kalau produksi tidak ada yang beli kita harus turunkan kapasitas produksi dan mungkin harus merumahkan sebagian pekerja, pengusaha kecil dan menengah sudah lakukan itu,"jelasnya.

Sofyan memperkirakan pengurangan produksi industri besar akan terjadi akhir tahun. "Saya dengar ada negosiasi pengurangan permintaan dan penurunan harga Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dari AS. Kapasitas produksinya pun sudah turun kira-kira 10 persen," ujarnya.

Pengaruh kenaikan harga BBM, lanjut dia, juga akan mempengaruhi perbankan akibat ketidakmampuan industri membayar pinjaman.

"Kita harus bicara dengan bank untuk restruktur kredit karena tidak bisa bayar bunga bank. Bank harus siap-siap nanti terjadi banyak Non Performing Loan," katanya. (*)

Tidak ada komentar: