Selasa, 18 November 2008

Harga Produk Makanan Diprediksi Naik Februari

Harga produk makanan diprediksi naik 5-10 persen pada awal Februari 2008, sebagai dampak naiknya harga bahan kebutuhan pokok, seperti telur ayam broiler, minyak goreng, beras, tepung terigu serta kacang kedelai.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Jawa Timur, Yapto Willy Sinatra SH di Surabaya, Kamis, menyatakan, selama lima bulan terakhir, industri di Indonesia khususnya Jatim menanggung beban berat akibat naiknya upah tenaga kerja 15 persen, BBM industri antara 10-15 persen, PLN dan gas 10 persen, minyak goreng 15 persen dan tepung terigu serta kacang kedelai hampir 100 persen.

Dengan kondisi tersebut, kebanyakan industri rumah tangga, UKM, dan Industri Kecil Menengah (IKM) siap gulung tikar. Tetapi bagi industi besar akan tetap bertahan hingga kondisi harga bahan pokok di pasar stabil.

Pengusaha industri makanan yang berskala UKM dan "home" industri jika ingin tetap eksis, proses produksi tetap jalan, dan pekerja tidak di Putus Hubungan Kerja (PHK), maka harga makanan dan minuman (mamin) harus disesuaikan minimal 5-10 persen.

"Idealnya, penyesuaian/kenaikannya 20 persen. Tapi jika ini diterapkan, daya beli masyarakat akan menurun," katanya menegaskan.

Menurut dia, kenaikan harga mamin 10 persen bagi pengusaha sebenarnya tidak untung dan tidak rugi, artinya pengusaha hanya menjaga agar kelangsungan usaha tetap bertahan dan menghindari adanya PHK massal. Untuk bisa bertahan, pengusaha menyiasati dengan melakukan pengurangan ukuran dan volume produk serta tidak menaikan harga.

Ia mencontohkan tahu, sebelum kedelai naik ukuran tahu panjang 10 cm tebal lima cm, kini setelah kedelai naik ukurannya menjadi tujuh cm dan tebal tiga cm, namun harganya tetap.

Dengan naiknya kedelai dan tepung terigu, pemerintah cepat mengambil keputusan dengan menghapus bea masuk impor kedelai dari 10 menjadi nol persen, sedang bea masuk impor tepung terigu dari lima menjadi nol persen.

Tindakan pemerintah tersebut, disambut baik pengusaha mamin di Jatim. Karena dengan dihapusnya bea masuk impor diharapkan para pelaku pasar bisa membantu pemerintah ikut menjaga kestabilan harga kedelai dan tepung terigu di dalam negeri, katanya menambahkan.

Sedangkan untuk industri minuman sedikit bisa bertahan, meski omzet penjualannya menurun 30 persen. Turunnya omzet bukan karena harganya naik melainkan faktor cuaca, karena pada musim hujan permintaan pasar menurun.

Berikut data harga bahan pokok industri makanan dan minuman dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim dan pantauan di Pasar Wonokromo DTC, Pasar Genteng dan Pasar Tambakrejo Surabaya, Kamis 24 Januari 2008.

Beras medium IR 64 Rp5.200-5.500/kg, jagung pipilan Rp3.500/kg, gula pasir Rp6.000/kg, tepung terigu segitiga biru Rp7.200-7.500/kg, kacang kedelai Rp7.500/kg, kacang tanah Rp12.500/kg, kacang hijau Rp7.500/kg, minyak goreng curah Rp10.500/kg dan telur ayam broiler Rp10.000/kg.(*)

Tidak ada komentar: