Senin, 24 November 2008

PM Xanana Lakukan Pembicaraan Dengan Presiden Yudhoyono

Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, Selasa, dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa siang.

Xanana tiba di Indonesia pada Senin (28/4) untuk melakukan kunjungan kenegaraan hingga Rabu (30/4).

Presiden Yudhoyono dijadwalkan menerima secara resmi kunjungan Xanana di Istana Merdeka, Selasa pada pukul 10.00 WIB dengan upacara kenegaraan.

Setelah melakukan pembicaraan bilateral, keduanya akan menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Indonesia dan Timor Leste di bidang perdagangan yang ditandatangani Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan Menteri Pariwisata, Perdagangan dan Industri Timor Leste, Gil Da Costa Alves.

Juga akan akan ditandatangani nota kesepahaman di bidang kerja sama teknik perdagangan antara kedua negara.

Kedua negara juga akan menandatangani nota kesepahaman kerja sama bantuan teknis untuk pengembangan industri kecil menengah (IKM).

Di bidang pengawasan bahan pangan dan obat-obatan, kedua negara juga menandatangani nota kesepahaman kerja sama bantuan teknis yang ditandatangani Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI Husniah Rubiana Thamrin dan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Timor Leste, Nelson Martins.

Setelah bertemu dengan Presiden Yudhoyono, pada pukul 14.30 WIB rombongan Perdana Menteri Timor Leste akan bertemu dengan pimpinan DPR dan MPR.

Pada Rabu (30/4) Xanana dijadwalkan akan bertemu dengan pimpinan TNI, mengadakan jamuan makan siang dengan kalangan pengusaha RI dan berkunjung ke Markas Besar Kepolisian RI.

Rombongan perdana Menteri Timor Leste akan kembali ke Dili pada Jumat (1/5). (*)


RI-Timor Leste Tandatangani Kerjasama di Sejumlah Bidang

Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Timor Leste mengikat kerjasama di sejumlah bidang, dalam kerangka persahabatan untuk mengatasi sejumlah masalah di negara termuda di Asia Tenggara itu.

Perdana Menteri Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao, dalam keterangan pers usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, mengatakan melalui kerjasama antar kedua negara, maka satu demi satu masalah di negara tersebut diharapkan dapat selesai.

"Kami percaya dengan persahabatan dan kerjasama ini dapat memberikan keuntungan dan manfaat bagi kedua pihak," katanya.

Ia menambahkan masalah utama yang saat ini dihadapi oleh Timor Leste salah satunya adalah kemiskinan.

"Kami juga mengharapkan kerjasama ini bisa membantu menyelesaikan masalah kemiskinan," paparnya.

Sementara itu, Presiden Yudhoyono mengatakan dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Xanana, sejumlah hal dibicarakan, antara lain isu bilateral dan isu regional.

"Sejumlah hal yang dibicarakan adalah tindak lanjut kerjasama teknis dan pembangunan. Kita juga menindaklanjuti Timor Leste development partners meeting yang dilakukan beberapa waktu lalu," kata Presiden.

Presiden menambahkan kerjasama di bidang pendidikan juga akan ditingkatkan, termasuk pembahasan lebih jauh tentang prosedur visa pelajar bagi mahasiswa dan pelajar asal Timor Leste yang akan menempuh pendidikan di Indonesia.

"Saya sangat menghargai adanya Indonesian Language dan Cultural Centre di Dili," kata Yudhoyono.

Di bidang penerapan pemerintahan yang bersih dan pemberantasan korupsi, masih menurut Kepala Negara, Timor Leste juga menghendaki adanya kerjasama dengan asistensi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia untuk sistem anti korupsi di Timor Leste.

Dalam kesempatan itu ditandatangani satu kesepakatan kerjasama dan tiga nota kesepahaman kerjasama antara kedua negara.

Perjanjian kerjasama bidang perdagangan ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan Menteri Pariwisata, Perdagangan dan Industri Timor Leste, Gil da Costa Alves.

Mereka juga menandatangani Nota Kesepahaman kerjasama teknis di bidang pengembangan perdagangan.

Nota Kesepahaman kerjasama teknis untuk pengembangan industri kecil menengah (IKM) juga ditandatangani oleh Menteri Perindustrian Fahmi Idris dan Menteri Pariwisata, Perdagangan dan Industri Timor Leste Gil da Costa Alves.

Terakhir, nota kesepahaman kerjasama di bidang pengawasan obat dan makanan ditandatangani oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI, Husniah Rubiana Thamrin Akib, dan rekannya dari Timor Leste, Nelson Martins. (*)

Depperin Bentuk Klaster Pompa Air

Departemen Perindustrian bersama dunia usaha membentuk klaster pompa air guna mensinergikan produsen pompa air bermerek dengan industri kecil menengah (IKM) sebagai pemasok komponennya.

"Klaster tersebut sudah jadi dan kini sedang berjalan, dimotori Panasonic," kata Direktur Industri Elektronik Depperin Abdul Wahid, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, dengan pembentukan klaster tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk tersebut di pasar domestik maupun ekspor.

Diakuinya, kerja sama antara produsen pompa air bermerek dengan IKM dimotori oleh perusahaan elektronik Jepang yang sahamnya juga dimiliki pengusaha lokal, Rachmat Gobel, yaitu Panasonic.

"Panasonic telah membuat ikatan kerja dengan sejumlah IKM di Ceper dan Tegal (Jawa Tengah) untuk memasok komponen pompa air," katanya.

Ia berharap, produsen pompa air bermerek lainnya juga ikut serta dalam klaster pompa air tersebut, guna meningkatkan daya saing produk pompa air nasional, di samping meningkatkan kemampuan dan kinerja IKM di dalam negeri.

"Pompa air merupakan produk stategis, karena banyak dibutuhkan masyarakat, terkait kesehatan dan penyediaan air bersih," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, pompa air termasuk dalam enam barang elektronik yang menjadi prioritas pengembangan industri elektronik dalam negeri, di samping televisi, lemari es, mesin cuci, pengatur suhu dalam ruangan (AC), dan kipas angin.

GM PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) Daniel Suhardiman mengakui, saat ini pihaknya tengah melakukan kerja sama dengan sejumlah IKM di daerah antara lain PT Pascal (Bekasi) dan PT Krida (Pati) untuk memasok komponen pompa air.

"Saat ini 90 persen komponen pompa air sebenarnya sudah bisa dibuat di dalam negeri, dan tinggal kesediaan pemegang merek untuk melokalkannya," ujar Daniel.

Ia mengatakan pembentukan klaster sangat penting untuk memperkuat struktur industri tersebut dan meningkatkan kemampuan IKM nasional.

Diakuinya, dalam membangun kerjasama dengan IKM nasional butuh kemauan dan kerja keras, terkait pembinaan yang harus terus menerus agar komponen yang dibuat sesuai standar kepresisiannya.

Lebih jauh Daniel menilai pasar pompa air sangat potensial di Indonesia yang memiliki lebih dari 55 juta kepala keluarga dan masih membutuhkan air bersih.

"Penjualan pompa air di dalam negeri sendiri mencapai sekitar 1,8 juta per tahun, dan stabil pada angka itu," katanya. (*)

Presiden Terima Xanana pada Selasa

Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.

Menurut siaran pers yang dikeluarkan Juru Bicara Presiden, Dino Patti Djalal, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin, Xanana direncanakan akan diterima secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Selasa, 29 April 2008, di Istana Merdeka, Jakarta.

Xanana menurut rencana tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Senin 28 April 2008 pukul 20.00 WIB.

Presiden dan Xanana, menurut Dino, akan mengadakan pertemuan bilateral untuk membahas perkembangan terkini hubungan kedua negara.

Xanana dalam kunjungannya ke Indonesia didampingi oleh sembilan menteri Timor Leste, yaitu Menteri Luar Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan, Menteri Administrasi Negara dan Tata Wilayah, Menteri Ekonomi dan Pembangunan, Menteri Infrastruktur, Menteri Pariwisata, Industri dan Perdagangan, serta Menteri Pertanian dan Perikanan.

Presiden dan Xanana dijadwalkan menyaksikan penandatanganan empat nota kesepahaman perjanjian di antara kedua negara, yaitu perjanjian perdagangan, perjanjian kerjasama teknik di bidang perdagangan, kerjasama di bidang industri kecil menengah (IKM), serta kerjasama teknik di bidang pengawasan obat dan makanan.

Selama kunjungan lima hari di Indonesia mulai 28 April 2008 hingga 2 Mei 2008, PM Timor Leste dijadwalkan melakukan kunjungan kehormatan kepada Ketua DPR, Ketua MPR, Panglima TNI dan Kapolri.

Xanana juga dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan kalangan usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin), serta memberikan kuliah umum pada forum "Indonesian Council on World Affairs".

Kunjungan lima hari Xanana di Indonesia merupakan kunjungannya yang pertama sejak dilantik sebagai PM Timor Leste pada Agustus 2007. (*)

Selasa, 18 November 2008

Dunia Usaha Tunggu Pemerintah Manfaatkan FTA RI-Jepang

Kalangan dunia usaha menantikan langkah cepat pemerintah memanfaatkan kerangka Kerjasama Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) guna mendorong kinerja dunia usaha dan meningkatkan ketrampilan sumber daya manusia (SDM).

Dalam diskusi dengan sejumlah asosiasi dan Kadin Indonesia, di Jakarta, Rabu, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata mengatakan, pemerintah harus mengambil langkah cepat memperbaiki berbagai masalah internal untuk mendapatkan manfaat besar dari IJEPA bagi perekonomian nasional.

"Dalam IJEPA, sekitar 75 persen adalah pekerjaan pemerintah," ujar Gunadi yang juga Presdir Grup Indomobil itu.

Ia mengatakan, sejauh ini pasar Indonesia yang besar belum mampu menarik secara optimal investasi perusahaan Jepang dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand, karena masalah kelangkaan infrastruktur baik secara fisik maupun non-fisik.

Ia mencontohkan di sektor otomotif, jumlah perusahaan Jepang yang menanamkan modal di Thailand mencapai sekitar 1.000 perusahaan, sedangkan di Indonesia hanya sekitar 236 perusahaan.

"Pemerintah harus menyelesaikan PR (pekerjaan rumah) nya dengan segera, seperti membangun infrastruktur, serius menegakkan hukum, harmonisasi tarif, dan lain-lain, agar kita bisa memiliki posisi tawar yang baik untuk meminta kerjasama dalam kerangka IJEPA," katanya.

Ia menyebutkan sampai saat ini masih terjadi disharmonisasi tarif, terutama di sektor komponen. Menurut dia, tarif bea masuk (BM) impor komponen jadi lebih rendah dibandingkan setengah jadi ataupun bahan baku, sehingga orang enggan membangun pabrik di Indonesia, karena impor barang jadi lebih murah.

Gunadi yang juga menjadi salah satu Ketua Komite Kadin Indonesia mengharapkan pemerintah juga fokus pada pengembangan kerja sama membangun kemitraan untuk mengembangkan SDM yang trampil untuk mendukung pengembangan industri nasional.

Terkait dengan hal itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel mengatakan, pemerintah bisa memanfaatkan perusahaan patungan Indonesia-Jepang untuk mendorong kemitraan dengan industri kecil menengah (IKM) guna meningkatkan kapasitas perusahaan dan SDM di Indonesia.

"Pemerintah perlu membuat strategi membangun kemitraan perusahaan besar dengan IKM sehingga produk berteknologi rendah segera dialihkan ke IKM, sedangkan perusahaan besar didorong mengembangkan produk dengan teknologi terbaru sesuai tren pasar global," ujarnya.

Untuk itu, kata Rachmat yang juga Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ), pemerintah perlu memberikan insentif baik berupa pajak penghasilan (PPh) badan agar perusahaan besar mau melakukan alih teknologi dan kemitraan dengan IKM, sekaligus melatih SDM lebih trampil lagi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Industri Mold & Dies Indonesia (IMDIA) Heru Santoso menambahkan, tanpa insentif kemitraan yang menarik perusahaan besar sulit melakukan kerjasama dengan IKM dan membangun SDM agar lebih trampil dan siap pakai mendukung pengembangan industri nasional.

"Sistem Bapak Angkat dalam pengembangan industri harus dihidupkan lagi agar infrastruktur pengembangan industri seperti SDM yang trampil dan pembangunan infrastruktur fisik lainnya bisa terselesaikan," katanya. (*)

Indonesia Berpartisipasi di Expo Prado Uruguay

Indonesia untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam Pameran Internasional Expo Prado di Montevideo, Uruguay, dalam rangka mempromosikan potensi dagang, ekonomi dan budaya Indonesia di luar negeri, pada tanggal 10-21 September 2008.

Menurut keterangan resmi dari Departemen Luar Negeri RI di Jakarta, Selasa, partisipasi Indonesia dalam Expo Prado itu merupakan bagian dari Promosi Terpadu Indonesia di kawasan Amerika Latin.

Paviliun Indonesia yang menempati ruangan seluas 500 meter persegi, dibuka secara resmi pada 10 September oleh Dirjen Amerika dan Eropa, Retno LP Marsudi dan Walikota Montevideo, Ricardo Ehrlich disaksikan oleh Dubes RI untuk Uruguay, Sunten Z Manurung dan Direktur Jenderal Promosi Dagang dan Investasi, Kemlu Uruguay, Carlos Gitto.

Paviliun Indonesia yang dihias secara menarik dengan berbagai kesenian tradisional Indonesia dipenuhi oleh display produk dari 21 pengusaha industri kecil menengah (IKM) serta dua perusahaan besar yaitu Mustika Ratu dan Pindad.

Barang-barang yang dipamerkan antara lain terdiri dari produk garmen, furniture, dan handicrafts cukup menarik perhatian warga Uruguay yang berkunjung.

Acara pembukaan Paviliun Indonesia dalam Expo Prado itu juga dimeriahkan oleh pertunjukan budaya Indonesia berupa Tari Yapong dan Tari Pertama sebagai tarian selamat datang untuk para tamu. Di samping itu diputar pula VCD promosi wisata Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Spanyol.

Selain pertunjukan tari pada acara pembukaan paviliun, tim kesenian KBRI Buenos Aires juga menghibur pengunjung pameran di panggung utama Expo dari tanggal 11-14 September 2008.

Sehari sebelum pembukaan Pameran Indonesia, Dirjen Amerop dengan didampingi Dubes RI Sunten Z Manurung dan Direktur Amerika Selatan dan Karibia, R Prayono Atiyanto telah mengadakan pertemuan dengan Menlu Uruguay, Gonzalo Fernandez. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral yang sudah terjalin baik dan mewujudkan berbagai Nota Kesepahaman (MoU) yang belum terlaksana.

Kedua pihak juga sepakat memaksimalkan potensi masing-masing dalam bidang perdagangan dan investasi. Kesepakatan itu dijabarkan dalam draft perjanjian di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan kerjasama teknis serta pembuatan MoU di bidang promosi dan perlindungan investasi yang diharapkan akan ditandatangani pada tahun 2009.

Sebagai rangkaian dari Promosi Terpadu Indonesia di Uruguay, KBRI Buenos Aires juga memprakarsai penyelenggaraan seminar Promosi Investasi pada tanggal 11 September 2008. Seminar bertema "Strategic Cooperation Indonesia-Uruguay: Business and Investment Opportunity" tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan Kadin Uruguay.

Seminar yang diikuti oleh peserta dari kalangan pengusaha dan investor Uruguay serta beberapa pengusaha Indonesia peserta pameran Expo Prado itu dibuka oleh Dubes RI, Sunten Z. Manurung dan Direktur Asia, Afrika dan Oceania Kemlu Uruguay, Dubes Alberto Voss Rubio.

Pembicara utama seminar itu Wakil Ketua BKPM bidang Promosi Investasi, Darmawan Djayusman dalam makalahnya antara lain menyampaikan berbagai peluang investasi yang tersedia di Indonesia, sektor-sektor yang menjadi prioritas serta kemudahan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia bagi para investor asing.(*)

Depperin Fasilitasi Promosi IKM Secara Online

Departemen Perindustrian (Depperin)memfasilitasi promosi produkindustri kecil menengah (IKM) melalui internet dengan memberikan pelatihan gratis dalam pembuatan situs promosi dan transaksi online.

"Sejak 2006, kami menjalin kerjasama dengan Mitsubishi dalam rangka meningkatkan kemampuan IKM untuk mendapatkan akses pasar untuk menawarkan produk-produknya untuk pasar lokal maupun global. Bentuk kerjasamanya dalam hal melatih IKM memanfaatkan internet dan membuat website," kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kelanjutan kerjasama tersebut hingga 2009 di Jakarta, Senin.

Hingga akhir 2007, sebanyak 323 perusahaan telah tergabung dalam situs www.smallindustry-indonesia.com dan sebanyak 22 diantaranya telah melakukan transaksi online.

"Kita mau sebanyak-banyaknya (IKM terlibat), tapi program ini tidak bisa dipaksa," ujarnya.

Tahun ini, Depperin menargetkan 300 perusahaan baru yang dilatih dan tergabung dalam situs promosi bersama itu. MoU yang ditandatangani oleh Dirjen IKM Fauzi Aziz dan Kepala Perwakilan Mitsubishi Corporation, Teramura itu bernilai 10 juta yen (sekitar Rp842 juta).

"Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kamu," ujar Teramura.

Upaya tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat daya saing IKM yang sumber daya manusianya sebagian besar berpendidikan menengah ke bawah.

Depperin mencatat beberapa kendala utama dalam pengembangan IKM antara lain penguasaan teknologi produksi terbatas, pengetahuan pemasaran yang terbatas dan kurangnya pengetahuan tentang aspek pembiayaan serta sistem akuntasi sederhana yang menjadi prasyarat dalam memperoleh akses lembaga keuangan.

Selama ini, IKM memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional terutama untuk penciptaan lapangan usaha dan lapangan kerja. Hingga 2007, tercatat sebanyak 3,4 juta IKM yang menyerap 9,3 juta tenaga kerja serta menyumbang ekspor sebesar 9,4 miliar dolar AS.(*)